Sumber: Ibu-ibu DI

Tanya

Aku mau sharing saja moms, kemarin kebetulan ada acara HBH di Gelanggang Samudra Ancol. Aku dan keluarga ikut serta. Asyiknya banyak tontonan dan permainan yang lain dari pada biasanya. Karena banyaknya orang mengakibatkan arena tontonan dan arena bermain jadi harus antri. Nah disini masalahnya. Saat aku menemani anak-anakku untuk antri di salah satu wahana yang hanya memperbolehkan anak-anak untuk bermain. Aku melihat seorang anak yang ditemani Ibunya. Diangkat oleh sang Ibu melewati pagar antrian sehingga dia dengan mudah dapat berlari mendapatkan giliran. Padahal didepanya banyak yang mengantri. Untung anakku tidak iri dengan cara mereka. Tapi yang lebih parah ternyata, setelah permainan selesai dan anak-anakku mencapai giliranya untuk bermain, aku lihat anak itu dapat instruksi dari sang Ibu untuk memutar dan bermain kembali tanpa diketahui oleh petugas. Jadi anak itu bermain 2 kali, sementara banyak orang masih mengantri. Benar-benar hebat kerja sama ibu dan anak itu. Dan ternyata aku kenal orangnya, dan aku tahu dia adalah orang yang berpendidikan.

Kalau sudah begitu, tidak aneh rasanya melihat korupsi di negara kita, wong masih kecil saja anak sudah diajarkan egois dan mau menang sendiri. Entah dengan cara apapun.... Sementara aku wanti-wanti ke anak-anakku untuk tidak boleh begitu ya. Itu namanya kamu dzolim sama orang [An]

Jawab

Mba, Jadi ingat waktu jaman daftar sekolah anakku, antri di depan loket buat memasukkan form pendaftaran. Tahu-tahu ada seorang bapak yang berusaha menerobos antrian, plus pakai acara ngomel-ngomel karena antrian begitu penuh dan lama. Setelah beberapa kali menyikut orang, sampailah padaku. Sambil berusaha setenang mungkin, aku bilang begini;
"Pak, tolong sabar dan antri yaa...Kalau bapaknya saja tidak bisa tertib dan disiplin, percuma anaknya disekolahkan disini..."
Hihi... itu bapak yang dandanannya perlente melotot padaku tapi sudah tidak bias bicara lagi, karena bapak-bapak dan ibu-ibu lain yang ada di depanku jadi ikut nengok dan melihat beliau ini. Duh... banyak loh ortu model begini. Dan maaf-maaf, kalau penampilannya biasa-biasa saja sih, bisa dimaklumi kali yaa. Mungkin memang kurang terdidik atau berasal dari lingkungan terbiasa yang seperti itu. Nah, kalau yang sudah dandan necis, dan kalau bicara berselipan istilah bahasa asing. Tapi kelakuan semaunya sendiri, urat malunya sudah putus kali yaa...hi..hi..[Dy]


Sepertinya tidak bisa antri itu memang sebagian dari budaya kita, suka atau tidak suka, orang Indonesia itu paling susah disuruh tertib. Aku heran, dimana sekarang budaya tepa selira yang dulu sangat diagungkan itu, wong kenyataannya berapa banyak orang yang menyerobot lampu lalu lintas, berapa banyak orang yang menyerobot di pintu tol dan lainnya, dan sebagian besar kecelakaan terjadi karena tidak tertib khan? Kemarin aku juga kebetulan main di Jatim Park (Amusement Park di daerah Batu-Malang), meskipun arena permainan itu hanya untuk anak-anak, kenyataannya orang tua ikut campur dalam serobot-menyerobot, walhasil, anakku yang aku sengaja biarkan antri, ya tergeser terus, sama si ayah petugasnya yang ditegur; "Mas, tolong antriannya ditertibkan lagi, biar sama-sama enak dan tidak ada yang terserobot-serobot", walhasil para ortu yang tidak tertib itu melirik suamiku dengan sewot..hehehe Yah...seperti yang Mbak bilang, tidak heran kalau para koruptor semakin subur, ya karena memang diajarkannya seperti ini. Bahkan, tahun lalu aku berkesempatan berangkat haji, terlihat sekali ketidakbisaan antri ini, mulai dari masuk masjid, beli makanan, antri toilet, antri bis sampai terjadi rebutan makanan sumbangan (itu loh, tahun lalu kan ada ada insiden jamaah haji tidak mendapat suplai makanan)...byuh..byuh..padahal hari gini..saat jamaah haji sudah bergeser ke usia muda, harusnya lebih berpendidikan mengingat sebagian besar jamaah haji adalah orang yang lumayan mampu dan banyak yang memiliki jabatan, kenyataannya teteub saja tuh tidak bias antri so, moms yuk kita budayakan lagi tepa selira dan tertib ini, OK lah di era kita belum dapat terlaksana, tapi paling tidak di generasi anak-anak kita, kita harus lebih baik [HK]


Wah saya juga tidak suka orang tua yang mengajarkan anaknya seperti itu. Tidak cuma ngantri bahkan dalam lomba pun ada saja orang tua yang mengajarkan anaknya tidak jujur. Hal itu saya sering temukan dan sepertinya hal itu seperti hal yang biasa saja. Pernah suatu ketika pas saya menemani anak saya lomba melukis, ada salah satu teman lombanya yang memanipulasi usia alasannya takut sama lawan usianya dan yang pasti tidak menang bahkan orangtuanya ikut menjatuhkan mental lawan-lawan anaknya wah itu sangat membuat saya marah karena sejak kecil sudah diajarkan main curang dan berbohong. Bahkan bisa merugikan peserta lain. Saya pikir peristiwa yang mbak alami mencerminkan bahwa anak itu sudah diajarkan kecurangan tanpa memikirkan apakah hal itu dapat merugikan orang lain. Takutnya jika sudah besar nanti kalau dia menghadapi masalah dia hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak peka terhadap lingkungan. Malah sekarang ini saya selalu ingatkan anak-anak agar selalu ngantri, tidak boleh curang dan peka terhadap lingkungan. Semoga saja ya mereka selalu ingat nasehat mamanya Amin [EP]

Ada tambahan masukan dari teman yang lain:
Sebaiknya kalau kita melihat hal-hal seperti itu bersama anak kita, langsung tegur saja. Tentu dengan cara yang sebaik-baiknya. Biar anak kita tahu bahwa hal tersebut tidak baik dan kita berhak untuk menegur. Yuk Moms, kita mulai dari rumah kita dan lingkungan kita sendiri untuk
membenahi hal-hal seperti ini. Mudah-mudahan kita bisa mempengaruhi lingkungan yang lebih besar lagi nantinya. Mudah-mudahan, generasi anak-anak kita akan lebih baik [An]
View Post

Banyak pilihan sekolah yang ada saat ini mulai dari sekolah milik negeri, sekolah berbasis agama, sekolah internasional atau sekolah dengan pola khusus seperti sekolah alam.Tapi Anda harus cermat untuk memilih sekolah mana yang bagus untuk si kecil, karena sekolah juga menentukan masa depan dan perilakunya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih sekolah TK dan SD yang baik untuk anak. Yang terpenting kata pakar dan praktisi pendidikan anak Arif Rachman, dalam sekolah tersebut terdapat sentral bermain anak untuk mengembangkan 5 hal penting, yaitu spiritual, emosional, jasmani, intelektual, dan sosialnya, yang dikemas dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Dalam memilih sekolah sebaiknya pilihlah sekolah yang tertib, teratur dan bersih, karena lingkungan sekitar sekolah juga mempengaruhi proses belajar mengajar anak-anak.

Lingkungan yang tidak kondusif bisa merusak konsentrasi anak ketika sedang belajar. Serta pastikan bahwa sekolah tersebut mempunyai visi dan misi yang tidak melanggar Undang-Undang Pendidikan.

Selain lingkungan serta visi dan misi sekolah tersebut, hal yang penting untuk diperhatikan adalah guru-guru dari sekolah tersebut.

"Untuk guru TK sebaiknya telah mendapatkan pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sedangkan untuk sekolah dasar sebaiknya memiliki pendidikan minimal S1 dan untuk guru kelas 1,2, dan 3 yang mengajar semua mata pelajaran sebaiknya juga mendapatkan pendidikan PAUD," ujar Arif .

Beberapa tips memilih sekolah yang baik untuk anak:

  • Untuk memilih sekolah dasar bisa dilihat dari output yang dihasilkan. Seperti berapa banyak lulusan sekolah dasar tersebut yang bisa masuk ke SMP unggulan. Karena banyaknya lulusan yang bisa masuk sekolah unggulan berarti sekolah tersebut mempunyai sistem pembelajaran yang bagus.

  • Untuk memilih taman kanak-kanak pilihlah TK yang mempunyai sistem belajar yang baik dalam hal belajar menulis, membaca dan sosial.

  • Sebelum masuk taman kanak-kanak tidak ada salahnya memasukkan anak anda ke PAUD. Karena di PAUD anak Anda bisa belajar bersosialisasi dengan teman-temannya, diajarkan bernyanyi, menulis dan membaca. Dan PAUD memberikan kegiatan yang positif untuk anak.

  • Anak-anak SD sebaiknya diberikan kegiatan intra, ekstra dan co-kurikuler yang seimbang, sehingga didapatkan kemampuan intelektual dan sosial yang seimbang.

  • Sedangkan untuk TK pilihlah TK dengan metode bermain sambil belajar dibandingkan dengan program belajar secara klasik.


"Untuk memilih sekolah TK dan SD, pilihlah sekolah yang memiliki jarak tidak terlalu jauh dengan rumah, sehingga anak masih mempunyai waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga, dan bermain dengan orang tua, untuk orang tua yang sibuk pastikan bahwa pengasuh anak kita mempunyai pendidikan yang baik," jelas Arif.

Yang tak kalah penting dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru di sekolah dengan orang tua dirumah dan juga dengan pengasuhnya. Tujuannya agar apa yang sudah diajarkan di sekolah bisa tetap dilanjutkan dirumah, sehingga anak bisa memiliki intelektual, emosional, spiritual, jasmani dan sosial yang bagus.vfb/det

View Post
Setiap orang pasti ingin agar anaknya cerdas untuk memperoleh masa depan yang gemilang. Berbagai upaya dan investasi dilakukan sejak dini demi kelancaran tumbuh kembang si kecil nantinya. Pre-School pun mulai banyak diminati para orang tua karena dianggap dapat mencetak anak berprestasi.

Psikolog anak, Dr. Rose Mini AP, Mpsi atau yang populer dengan panggilan bunda Romi menyebutkan bahwa IQ anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu nature (genetik) dan nurture (stimulasi) seperti bermain, musik, bahasa, dan lainnya.

Menurutnya, 80% otak anak berkembang sejak masa kandungan hingga umur 3 tahun. "Bahkan umur 1-3 tahun, anak dapat menyerap 13 juta kata, asalkan si anak mendapatkan rangsangan dan stimulasi," ujar bunda Romi.

Melihat tren yang berkembang di kalangan orang tua saat ini, yaitu berlomba-lomba memasukkan anaknya ke pre-school, terkadang menjadi dilema bagi beberapa orang tua yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya sedini mungkin.

Namun ternyata, memasukkan anak ke pre-school bukan jalan satu-satunya mencetak anak pintar. Seorang anak dapat merasakan suasana pre-school di dalam rumah, asalkan sang ibu kreatif.

"Nggak ada sekolah buat orang tua. Orang tua harus kreatif dan banyak mencari informasi tentang tumbuh kembang anak. Orang tua harus mau susah, jangan menganggap memasukkan anak ke pre-school dapat meringankan tangung jawabnya, karena bisa bahaya," tegas bunda Romi.

Menurutnya, bahaya memasukkan anak ke preschool adalah ketika orang tua menjadi lepas tangan. Selain itu bila sistem yang diterapkan di sekolah tidak sama dengan sistem di rumah, anak bisa bingung.

"Contohnya jika orang tua memasukkan anaknya ke sekolah Islami dengan disiplin yang ketat, tetapi di rumahnya tidak diterapkan, sama saja bohong," ucapnya.

"Boleh saja memasukkan anak ke pre-school sejak batita, asalkan tidak membuat anak jenuh. Usahakan mereka lebih banyak bermain, karena dengan bermain informasi akan lebih cepat masuk ke otak,"saran bunda Romi.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang tua yang melatih anak dengan bermain, maka informasi yang masuk dapat mencapai 80%. Namun bila dipaksa, informasi tidak akan masuk karena seperti ada tirai yang menghalanginya masuk.

"Pada dasarnya bagi anak-anak, bermain merupakan cara belajar yang paling alami serta dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak," jelas bunda Romi.

Untuk ibu yang mendidik anaknya di rumah, dapat menggunakan cara-cara kreatif yang menmstimulasi si anak. "Cari alat stimulasi yang mudah. Misalnya,menstimulasi bunyi-bunyian dari peralatan kaca, atau menggunakan jari-jari tangan untuk berkomunikasi dengan cara unik, lucu dan menarik bagi anak," tambahnya.

Jika Anda tertarik memasukkan anak ke pre-school, ini dia tipsnya memilih preschool yang tepat :
1. Pilih sekolah (pre-school) yang dapat mengoptimalkan anak.
2. Jangan paksakan anak untuk belajar, cobalah mencari berbagai permainan yang disesuaikan dengan gaya berpikirnya.
3. Cari pre-shool yang gurunya tidak keluar masuk, karena anak perlu attachement atau kedekatan untuk tumbuhkembangnya.
4. Harus yang banyak kegiatan motorik kasarnya (jalan, lari, dll).
5. Ada kegiatan outdoornya (50:50), jangan langsung akademis.
6. Jalin komunikasi dengan pihak sekolah atau guru untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.

Dalam kesempatan tersebut, Maudy Koesnaedi yang hadir sebagai nara sumber sekaligus moderator pun bertanya mengenai pentingnya mengajarkan bahasa asing pada anak sejak balita.

"Para ibu cenderung menginginkan anaknya bisa menguasai beberapa bahasa dengan cara memasukkan si kecil ke preschool yang proses belajarnya menggunakan beberapa bahasa, sebenarnya baguskah hal seperti itu?" tanya Maudy.

Menurut bunda Romi, memang banyak orang tua yang ngerasa anaknya keren kalau ngomong bahasa asing. 'Nggak ada yang ngelarang, tapi yang jadi masalah adalah ketika anak bingung bahasa apa yang dipakainya nanti sehari-hari," ucap bunda Romi.

Selain itu, orang tua terkadang tidak memperhatikan apakah si kecil sudah siap atau belum jika si kecil disekolahkan di tempat yang proses belajarnya menggunakan beberapa bahasa. Untuk itu, kemampuan bahasa anak pun perlu dites dan dipertimbangkan lagi.

"Amati berapa kata yang dapat ia serap tiap harinya. Pertimbangkan juga kebutuhan keluarga dan anak sebelum menggunakan bilingual, apakah sering dipakai atau tidak bahasa asing tersebut di rumah," jelas bunda Romi.

Yang terpenting adalah mengajarkan bahasa ibu dulu, baru bahasa sehari-hari. "Walaupun suami saya orang Belanda, tapi saya mengajarkan bahasa Indonesia dulu, baru setelah dia siap belajar bahasa asing, saya ajarkan," ujar Maudy yang saat ini sudah setahun menyekolahkan anaknya di pre-school Planet Kids.

Nah, para orang tua, sebelum Anda menitipkan anak pada satu sekolah, tidak ada salahnya melakukan school shopping untuk melihat sejauh mana kecocokan visi misi serta kurikulum pre-school itu dengan kepribadian si anak.

"Tapi kalau sang ibu kreatif dan punya banyak waktu untuk menstimulasi pertumbuhan anak di rumah, ngapain dimasukin preschool?" ucap bunda Romi.nu/det
View Post