Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah

Kualitas moral yang tinggi dibutuhkan untuk membuat anak sukses dalam kehidupan di rumah maupun di sekolah. Anak membutuhkan keterampilan moral bukan hanya sekedar prestasi akademik terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Anak yang memiliki kualitas moral yang tinggi dapat dikatakan anak cerdas secara moral.

[caption id="" align="aligncenter" width="447"]Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah Photo Credits: medicalnewstoday.com[/caption]

Borba (2001) menjabarkan kecerdasan moral anak dalam tujuh aspek yang berupa kebajikan yang dimiliki seorang anak yang cerdas moral. Ketujuh aspek tersebut yaitu :

a. Empati (emphaty)

Anak yang memiliki empati cenderung sensitif, menunjukkan kepekaan pada kebutuhan dan perasaan orang lain, membaca isyarat nonverbal orang lain dengan tepat dan bereaksi dengan tepat, menunjukkan pengertian atas perasaan orang lain, berperilaku menunjukkan kepedulian ketika seseorang diperlakukan tidak adil, menunjukkan kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain, mampu mengidentifikasi secara verbal perasaan orang lain.

b. Nurani (conscience)

Anak yang memiliki tingkat nurani tinggi cenderung berani mengakui kesalahan dan mengucapkan kata maaf, mampu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku, jujur dan dapat dipercaya, jarang membutuhkan teguran atau peringatan dari seseorang yang berwenang untuk berperilaku benar, mengakui konsekuensi atas perilakunya yang tidak patut/salah, tidak melimpahkan kesalahan pada orang lain.

c. Kontrol diri (self-control)

Anak dengan kontrol diri cenderung menunggu giliran dan jarang memaksakan pendapatnya atau menyela; mampu mengatur impuls dan dorongan tanpa bantuan orang dewasa; mudah kembali tenang ketika frustrasi/kecewa atau marah; menahan diri dari agresi fisik; jarang membutuhkan peringatan, bujukan, atau teguran untuk bertindak benar.

d. Respek (respect)

Anak dengan respek cenderung memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan meskipun berbeda, menggunakan nada bicara yang sopan dan menahan diri untuk tidak membicarakan teman/orang lain di belakang dan perilaku lancang, memperlakukan diri dengan penuh penghargaan, menghargai privasi orang lain.

e. Baik budi (kindness)

Anak dengan karakter kindness yang kuat cenderung mengucapkan komentar yang baik yang mampu membangun semangat pada orang lain tanpa bujukan, sungguh-sungguh peduli ketika orang lain diperlakukan tidak adil, memperlakukan binatang dengan lembut; berbagi, membantu, dan menghibur orang lain tanpa mengharapkan imbalan, menolak untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengintimidasi dan mengejek orang lain, selalu menunjukkan kebaikan hati dan perhatian pada orang lain dengan contoh dari orangtua/guru berikan.

f. Toleran (tolerance)

Anak yang toleran cenderung menunjukkan toleran pada orang lain tanpa menghiraukan perbedaan; menunjukkan penghargaan pada orang dewasa dan figur yang memiliki wewenang; terbuka untuk mengenal orang dari berbagai latar belakang dan keyakinan yang berbeda dengannya; menyuarakan perasaan tidak senang dan kepedulian atas seseorang yang dihina; mengulurkan tangan pada anak lain yang lemah, tidak membolehkan adanya kecurangan; menahan diri untuk memberikan komentar yang akan melukai hati kelompok atau anak lain; fokus pada karakter positif yang ada pada orang lain meskipun ada perbedaan di antara mereka; menahan diri untuk tidak menilai orang lain.

g. Adil (fairness)

Anak yang memiliki sense of fairness yang kuat : sangat senang atas kesempatan yang diberikan untuk berbuat membantu orang lain, tidak menyalahkan orang lain dengan semena-mena, rela berkompromi untuk memenuhi kebutuhan orang lain, berpikiran terbuka, berlaku sportif dalam pertandingan olahraga, menyelesaikan masalah dengan cara damai dan adil, bermain sesuai aturan; mau mengakui hak orang lain yang dapat menjamin bahwa mereka patut diperlakukan dengan sama dan adil.

Berdasarkan paparan di atas, disimpulkan bahwa pendapat Borba mengenai aspek perkembangan kecerdasan moral anak lebih tepat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kapasitas anak berpikir dan berperilaku moral. Sesuai dengan yang dikemukakan Borba, perkembangan kecerdasan moral anak meliputi beberapa aspek kebajikan yaitu empati, nurani, kontrol diri, respek, baik budi, toleran dan adil.

Kecerdasan moral anak usia prasekolah adalah kemampuan anak prasekolah untuk memahami benar dan salah dan pendirian yang kuat untuk merasakan, berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai moral yang didasarkan atas ketaatan akan aturan dan hukuman dari orang dewasa, yang meliputi tujuh kebajikan moral utama yaitu empati, nurani, kontrol diri, serta kebajikan moral yang lainnya yaitu respek, baik budi, toleran dan adil.

Kecerdasan moral dapat dibangun sejak dini dimulai dari keluarga dengan bantuan orangtua dan anggota keluarga lainnya. Orangtua memberikan pengaruh langsung melalui pengasuhan yang responsif selain itu, orangtua menjadi pihak yang diharapkan mampu melakukan supervisi pada anak, hal tersebut mengingat bahwa seiring dengan bertambahnya usia anak, anak memasuki dunia sosial dan menjalin pertemanan dengan teman sebaya, teman sebaya diyakini dapat memberikan stimulasi baik positif maupun negatif.

Interaksi sosial terkadang sulit untuk dipahami anak dikarenakan dalam setiap masyarakat terdapat suatu aturan atau konsepsi yang tidak tertulis, sehingga bermunculan perilaku yang berbeda atas dasar persepsi yang berbeda pula. Hal tersebut menyulitkan anak-anak untuk menginterpretasi perilaku tanpa bantuan orang dewasa. Selanjutnya, ketika anak memasuki usia sekolah, pihak sekolah melalui guru pun menjadi turut berperan dalam memfasilitasi perkembangan kecerdasan moral anak usia prasekolah.

Orangtua, teman sebaya, dan guru berpengaruh dalam perkembangan moral anak, namun demikian anak tidak serta merta menyalin semua pesan yang disampaikan oleh orangtua, anak memiliki kapasitas menafsirkan pesan orangtua. Anak tidak secara pasif mengunduh informasi atau pesan yang disampaikan orangtua pada mereka, anak bertindak aktif dalam interaksi dan interpretasi, anak dapat memilih atau menolak gagasan yang disampaikan. Anak mengalami proses eksternalisasi aktif melalui sudut pandang alternatif yang ditawarkan oleh teman sebaya, media, sekolah dan pengujian mereka sendiri.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kecerdasan moral anak adalah

  1. Mengingat pentingnya peran orangtua bagi perkembangan anak khususnya kecerdasan moral, diharapkan ayah maupun ibu tidak berdiri sendiri dalam mengasuh anak. Anak membutuhkan pengasuhan yang harmonis dari kedua orangtua.

  2. Orangtua melakukan supervisi pada pergaulan anak untuk menjaga kemungkinan pengaruh buruk dari teman sebaya.

  3. Selain orangtua, pihak guru diperlukan dalam memfasilitasi perkembangan kecerdasan moral anak melalui kegiatan pembelajaran.


Referensi : Yuli Kurniawati, Sugiyo Pranoto, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang