Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Anak

Penyiksaan Terhadap Anak

Semua orang tua pasti sekali waktu merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anak memang bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang "tidak" saja belum tentu dapat meredam sikap yang menjengkelkan tersebut.

Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan atau melakukan sesuatu yang membahayakan anak sehingga kemudian mereka sesali. Jika situasi ini sering berulang, hal ini yang dikatakan sebagai penyiksaan anak, baik secara fisik maupun mental. Beberapa kriteria yang termasuk perilaku menyiksa seperti :

  • Menghukum anak secara berlebihan

  • Memukul

  • Menyulut dengan ujung rokok, membakar, menampar, membanting

  • Terus menerus mengkritik, mengancam, atau menunjukkan sikap penolakan terhadap anak

  • Pelecehan seksual

  • Menyerang anak secara agresif

  • Mengabaikan anak; tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, kasih sayang dan memberikan rasa aman yang memadai.


Menurut pendapat Vander Zanden (1989), perilaku menyiksa dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak; dan perbuatan ini dilakukan justru oleh pengasuhnya (orang tua atau pengasuh non-keluarga). Menurut data penelitian diungkapkan bahwa penyiksaan secara fisik banyak dialami oleh anak-anak sejak masa bayi, dan berlanjut hingga masa kanak-kanak sampai remaja.

[caption id="" align="aligncenter" width="400"]Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Anak Photo Credits: chantalmcculligh.com[/caption]

Lain lagi pendapat para psikiater yang terhimpun dalam Himpunan Masyarakat Pencegah Kekerasan Pada Anak di Inggris (1999). Mereka berpendapat, bahwa pengabaian terhadap anak juga merupakan sikap penyiksaan namun lebih bersifat pasif. Efek dari penyiksaan maupun pengabaian terhadap anak sama-sama mendatangkan akibat yang buruk. Untuk mengetahui lebih jelas apa dan sejauh mana dampak dari sikap orang tua yang demikian, Anda dapat melihat pada artikel kami tentang dampak penyiksaan dan pengabaian orangtua terhadap anak.

Pengabaian Terhadap Anak

Penyiksaan terhadap anak tidak terbatas pada perilaku agresif seperti memukul, membentakbentak, menghukum secara fisik dan sebagainya, namun sikap orang tua yang mengabaikan anakanaknya juga tergolong bentuk penyiksaan secara pasif. Pengabaian dapat diartikan sebagai ketiadaan perhatian baik sosial, emosional dan fisik yang memadai, yang sudah selayaknya diterima oleh sang anak. Pengabaian ini dapat berbentuk :

  • Kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak

  • Tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan (rumah) dan pendidikan

  • Mengacuhkan anak, tidak mengajak bicara

  • Membeda-bedakan kasih sayang dan perhatian antara anak-anaknya

  • Dipisahkan dari orang tua, jika tidak ada pengganti yang stabil dan memuaskan (jr)


Dampak Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Beberapa Aspek Kehidupan Anak Menurut berbagai lembaga penanganan terhadap anak-anak yang mendapat perlakuan negatif dari orang tua, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak atau efek dari penyiksaan atau pengabaian terhadap kehidupan sang anak. Faktor-faktor tersebut adalah :

  • Jenis perlakuan yang dialami oleh sang anak

  • Seberapa parah perlakuan tersebut dialami

  • Sudah berapa lama perlakuan tersebut berlangsung

  • Usia anak dan daya tahan psikologis anak dalam menghadapi tekanan

  • Apakah dalam situasi normal sang anak tetap memperoleh perlakuan atau pengasuhan yang wajar

  • Apakah ada orang lain atau anggota keluarga lain yang dapat mencintai, mengasihi, memperhatikan dan dapat diandalkan oleh sang anak


Sementara itu penyiksaan dan atau pengabaian yang dialami oleh anak dapat menimbulkan permasalahan di berbagai segi kehidupannya seperti:

  • Masalah Relational

  • Masalah Emosional

  • Masalah Kognisi

  • Masalah Perilaku


Masalah Relational

  • Kesulitan menjalin dan membina hubungan atau pun persahabatan

  • Merasa kesepian

  • Kesulitan dalam membentuk hubungan yang harmonis

  • Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain

  • Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu tergantung atau terlalu mandiri

  • Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dengan mengurus orang lain

  • Mudah curiga, terlalu berhati-hati terhadap orang lain

  • Perilakunya tidak spontan

  • Kesulitan menyesuaikan diri

  • Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan kawan-kawannya

  • Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi

  • Lebih suka menyendiri

  • Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain

  • Sulit membuat komitmen

  • Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindar dari tanggung jawab


Masalah Emosional

  • Merasa bersalah, malu

  • Menyimpan perasaan dendam

  • Depresi

  • Merasa takut ketularan gangguan mental yang dialami orang tua

  • Merasa takut masalah dirinya ketahuan kawannya yang lain

  • Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara konstruktif atau positif

  • Merasa bingung dengan identitasnya

  • Tidak mampu menghadapi kehidupan dengan segala masalahnya


Masalah Kognisi

  • Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan

  • Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan yang cenderung merugikan diri sendiri

  • Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri

  • ·Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah

  • ·Memiliki citra diri yang negatif


Masalah Perilaku

  • Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah

  • Perbuatan kriminal atau kenakalan

  • Tidak mengurus diri sendiri dengan baik

  • Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk mencari perhatian

  • Muncul keluhan sulit tidur

  • Muncul perilaku seksual yang tidak wajar

  • Kecanduan obat bius, minuman keras, dsb

  • Muncul perilaku makan yang tidak normal, seperti anorexia atau bulimia


Tidak semua anak akan memperlihatkan tanda-tanda tersebut di atas karena mereka merasa malu, atau takut untuk mengakuinya. Bisa saja mereka diancam oleh pelakunya untuk tidak membicarakan kejadian yang dialami pada orang lain. Jika tidak, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih hebat.

Tidak menutup kemungkinan, anak-anak tersebut justru mencintai pelakunya. Mereka ingin menghentikan tindakannya tetapi tidak ingin pelakunya ditangkap atau dihukum, atau melakukan suatu tindakan yang membahayakan keutuhan keluarga.

Pengabaian Terhadap Anak : Anak yang Kurang Mendapat Perhatian dan Kasih Sayang

Dari Orangtua

Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkan dalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang.

Bagaimana pun juga, pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainya pertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkan perilaku yang menyimpang, karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagai suatu penolakan atau pun pengabaian.

Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akan menterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia merasa tidak cukup berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam kehidupannya di lingkungan

Pengabaian Terhadap Anak : Anak yang Dipisahkan Dari Orangtua

Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkan dalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang.

Bagaimana pun juga, pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainya pertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkan perilaku yang menyimpang, karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagai suatu penolakan atau pun pengabaian.

Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akan menterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia merasa tidak cukup berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai.

Hal ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam kehidupannya di lingkungan