Storytelling Sebagai Metode Parenting

Anak merupakan investasi yang sangat berharga bagi orangtua di masa depan. Semua orangtua pasti menginginkan anaknya sukses, oleh karena itu berbagai upaya yang dilakukan orangtua untuk mewujudkannya. Mulai dari memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi oleh anak, memenuhi apa yang dibutuhkan sampai pada memberikan pendidikan kepada anak.

Mencetak anak sukses bukan hanya tergantung pada lembaga pendidikan formal, melainkan bisa kita mulai dengan memberikan pendidikan di dalam keluarga sejak usia dini. Menurut Piaget, salah satu tokoh psikologi menyatakan bahwa usia dini (0-6 tahun) merupakan tahap perkembangan anak yang paling penting.

Hal ini dikarenakan usia dini adalah masa keemasan (golden age) bagi perkembangan otak anak. Kosasih (2008) menambahkan bahwa “The Golden Age” adalah masa emas yang tepat untuk diberikan stimulasi. Pada masa ini perkembangan motorik anak semakin baik, sejalan dengan perkembangan kognitifnya yang mulai kreatif dan imajinatif. Daya imajinatif yang tinggi, membuat anak semakin suka menemukan hal-hal baru. Sejalan dengan

perkembangan kognitifnya informasi yang diberikan kepada anak secara berulang-ulang akan tersimpan dalam waktu yang lama (Koyan, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh anak usia dini harus dikembangkan, agar pendidikan yang diberikan bisa optimal.

[caption id="" align="aligncenter" width="460"]Storytelling Sebagai Metode Parenting Photo Credits: theguardian.com[/caption]

Berbagai bentuk pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak sejak usia dini. Mulai dari metode bernyanyi, bermain, bercerita dan karya wisata. Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Namun banyak penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Murdiono pada tahun 2008 dari beberapa metode yang digunakan tersebut, metode bercerita (storytelling) adalah metode yang efektif dan paling banyak digemari pada usia anak.

Ada beberapa alasan mengapa (storytelling) dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui (storytelling) anak diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akan membuat anak lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat.

Sementara itu, perlu diingat anak usia dini memiliki karakter yang khas, mereka lebih suka bermain dan bersenang-senang. Maka dalam pengajaran pada anak dibutuhkan metode-metode yang sesuai dengan karakter anak agar proses pengajaran tersebut bisa maksimal. Di dalam (storytelling) anak-anak dikenalkan dengan berbagai karakter unik yang ada di dalamnya. Selain itu, anak lebih merasa senang dari pada model pembelajaran ceramah.

Michael (2009) menyatakan bahwa bercerita merupakan metode yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan bahasa dan kognitif pada anak usia dini. Hal senada juga diungkapkan oleh Moeslichaton (2004) selain mengembangkan bahasa dan kognitif anak, metode bercerita (storytelling) juga memiliki beberapa manfaat, diantaranya; (1) melalui cerita kita bisa menyisipkan sifat empati, kejujuran, kesetiaan dan keramahan, ketulusan, (2) memberikan sejumlah pengetahuan sosia, moral dan lain sebagainya, (3) melatih anak belajar mendengarkan apa yang disampaikan, (4) membuat anak bsia mengembangkan aspek psikomotor, kognitif dan afektif, (5) metode bercerita mampu meningkatkan imajinasi dan kreatifitas anak.

Dari berbagai hasil penelitian yang sudah dikemukakan di atas, dapat difahami bahwa peran metode bercerita (storytelling) bagi anak usia dini mampu menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak. Baik dari aspek psikomotor, kognitif, afeksi maupun moral anak. Untuk itu artikel ini membahas tentang metode storytelling sebagai metode parenting education untuk mengembangkan kecerdasan pada anak usia dini.

 

Referensi :  Muallifah, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang